Peran Mahasiswa Teknik Industri dalam Mengejar Ketertinggalan Iptek dari Bangsa Barat Guna Mencapai Masa Keemasan Kembali Seperti pada Zaman Klasik

PERAN MAHASISWA TEKNIK INDUSTRI DALAM MENGEJAR KETERTINGGALAN IPTEK DARI BANGSA BARAT GUNA MENCAPAI MASA KEEMASAN KEMBALI SEPERTI PADA ZAMAN KLASIK

Hanindita Nubawa Jati / I0321048 / Teknik Industri

 

 

Pada periode klasik, Islam berperan sebagai kekuatan politik karena banyak ajaran yang turun di Kota Madinah. Selain itu, Nabi Muhammad SAW menjadi pemimpin agama serta kepala negara dimana hal tersebut sangat berpengaruh bagi perkembangan politik Islam. Dalam periode klasik, Islam juga menerapkan sistem politik pada masa Khalifah Abu Bakar Siddik (632-634 M) yakni membagi kekuasaan menjadi 3 yakni legislatif, eksekutif, serta yudikatif. Pada masa Bani Umayyah (661-750 M) perkembangan dalam bidang IPTEK mulai mengalami kemajuan dalam hal administrasi ketatanegaraan, seperti adanya Lembaga Peradilan (Qadha), Kitabat, Hajib, Barid, dan sebagainya. Masa ini juga ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan (di bidang agama maupun non agama) dan kebudayaan. Dalam bidang hukum dikenal para imam mazhab seperti Malik, Abu Hanifah, Syafi’i, dan Ibn Hanbal. Di bidang teologi dikenal tokoh-tokoh, seperti Abu Hasan al- asy’ari, al-Maturidi, Wasil Ibn Atha’ al-Mu’tazili, Abu al-Huzail, al-Nazzam, dan al-Juba’i. Di bidang ketasawufan dikenal Dzunnun al-Misri, Abu Yazid al- Bustami, al-Hallaj dan lainnya lagi. Sementara dalam bidang filsafat dan Ilmu Pengetahuan, dikenal al-Kindi, al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Miskawaih, Ibn al-Haytsam, Ibn Hayyan, al-Khawarizmi, al-Mas’udi, dan al-Razi.

Kemajuan Islam pada masa klasik disebabkan beberapa faktor yakni semangat para pejuang Islam baik masa Rasulullah sampai khalifah Abbasiyah yang benar-benar menyadari pentingnya menyampaikan dakwah Islam, sehingga kekuasaan Islam berkembang luas ke berbagai penjuru dunia. Di samping jabatan khalifah terutama masa Abbasiyah dipegang oleh tokoh yang kuat secara politik serta dalam agama. Sedangkan untuk masa kemunduran dari periode ini disebabkan oleh sifat negatif pemimpinnya seperti gemar hidup mewah, perebutan kekuasaan antara khalifah, karena penunjukan khalifah tidak lagi secara musyawarah seperti masa khulafaurrasyidin, tetapi secara turun temurun, sehingga terjadi perang saudara. Di samping itu, luasnya kekuasaan Islam masa Abbasiyah menyulitkan komunikasi antar dinasti, sehingga dinasti- dinasti yang kecil banyak yang memperkuat diri sendiri dan merdeka dari kekuasaan Abbasiyah, bahkan ada yang merebut kekuasaan dari tangan khalifah Abbasiyah.

Kemudian pada jaman modern ini, hampir semua hal dapat dipermudah berkat kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi negara-negara bagian barat berkembang pesat dan seiring berjalannya waktu, teknologi tersebut menjadi semacam arah bagi negara-negara lain untuk mengembangkan teknologinya. Tetapi dengan adanya kemajuan teknologi, jaman pun juga ikut berkembang. Namun seiring perkembangan jaman, kita menjadi seolah-olah semakin bebas dalam melakukan sesuatu. Bahkan semakin lama kita semakin sulit membedakan antara hal yang boleh dan hal yang tidak boleh kita lakukan. Akibatnya, banyak hal-hal yang terkadang menyimpang dari ajaran Islam. Penyimpangan tersebut terkadang kita sulit untuk menyadarinya. Kita sebagai manusia dituntut untuk memiliki kecerdasan dalam berpikir guna memecahkan masalah kompleks, kreatif, serta berfikir secara kritis. Pada era ini, manusia hidup di tengah gencarnya perkembangan teknologi tinggi. Baik itu dalam sistem siber data, komputasi awan, serta komputasi kognitif. Dengan banyaknya teknologi yang berkembang, maka manusia akan dimudahkan dalam mencari suatu informasi dan ilmu pengetahuan yang baru. Namun pada saat ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi Islam dinilai tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Bahkan pencapaian-pencapaian di negara-negara muslim sangat jauh berbeda, misalnya dengan pencapaian yang diperoleh bangsa Yahudi. Bangsa mereka memiliki perhatian yang sangat besar terhadap ilmu pengetahuan yang dimana hal tersebut berbanding terbalik dengan bangsa kita sendiri yaitu umat muslim. Hal tersebut diakibatkan oleh kurangnya kesadaran diri akan pentingnya ilmu pengetahuan. Dengan ilmu pengetahuan, kita sebagai umat muslim dapat mengubah negara-negara muslim ke arah kemajuan.

Sebagai mahasiswa muslim teknik industri, kita memiliki peran yang penting supaya dapat membangkitkan kembali kejayaan umat muslim dengan ilmu pengetahuan yang kita miliki. Kita dapat mengawali proses kemajuan umat islam dengan mempelajari sistem-sistem kerja, perekonomian, dan perindustrian dari negara-negara barat. Karena negara-negara barat memiliki sistem yang jauh lebih maju dibandingkan dengan negara ini dan negara Islam lainnya. Kita bisa mempelajari ilmu pengetahuan serta sistem yang diterapkan di negara barat, yang nantinya ilmu itu bisa kita adopsi untuk bangsa ini serta pada akhirnya kita dapat menciptakan suatu ilmu pengetahuan yang baru dan terdepan. Kita dapat mengambil contoh yaitu Ibnu al-Haytham yang dimana ilmunya tersebut diterapkan pada cara kerja kamera foto serta ilmu dari Ibnu al-Haytham tersebut masih digunakan hingga saat ini. Ilmu beliau bahkan juga berpengaruh dalam perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang optik pada saat ini. Tak hanya dalam bidang optik saja, ilmu beliau juga memiliki pengaruh yang besar dalam bidang engineering. Banyak insinyur menciptakan suatu mekanisme kerja, benda, atau bangunan dengan menggunakan dasar ilmu pengetahuan dari Ibnu al-Haytham. Agar terciptanya suatu ilmu pengetahuan atau inovasi baru, sebagai seorang muslim hendaknya kita belajar dengan giat dan memperkuat iman kita. Dalam Islam sendiri, kita diperintahkan untuk terus belajar, sebagaimana tercantum dalam Q.S Al-Mujadalah ayat 11 yang berisi anjuran untuk menuntut ilmu.

Sebagai mahasiswa muslim yang bergerak dalam bidang industri, kita dapat menciptakan suatu inovasi atau pembaruan dalam bidang industri. Sehingga, industri di negara ini bisa semakin maju dan berkembang. Inovasi ini tidak hanya dalam bentuk mesin, namun juga benda kehidupan sehari-hari, yang nantinya akan mempermudah kegiatan manusia. Kita juga dapat merancang suatu sistem kerja dalam suatu industri yang efektif dan efisien, sehingga dapat menghasilkan manfaat yang luar biasa bagi semua orang khususnya umat muslim. Namun, hal tersebut tidak dapat terjadi apabila kita tidak tekun dalam menuntut ilmu. Jika kita melihat dari periode masa klasik, hal yang dapat kita terapkan adalah meneladani kegigihan para tokoh-tokoh ilmuwan muslim dalam mempelajari berbagai bidang. Karena pada sekarang ini, bangsa barat jauh lebih maju dibandingkan dengan bangsa kita, kita juga dapat mengambil hal-hal positif dari ilmuwan barat. Kita dapat mengawali inovasi dengan menekuni suatu bidang studi. Setelah itu kita dapat mengadaptasi ilmu pengetahuan apa yang kita peroleh ke dalam lingkup kehidupan sehari-hari. Kita dapat menerapkan prinsip-prinsip, sistem kerja, dan teknologi yang kita peroleh dari bangsa barat. Dalam menerapkan hal tersebut, kita harus memilah agar sesuai dengan ajaran dalam Islam. Kita harus benar-benar paham dengan teknologi yang kita adaptasikan tersebut supaya kita dapat mengevaluasi kekurangan dan kelebihan apa saja yang terdapat dalam teknologi tersebut. Kita dapat menyesuaikan dengan masyarakat agar lebih mudah diterima dan tidak menyimpang norma-norma. Setelah itu kita dapat melakukan inovasi atau penemuan baru. Kita juga dapat belajar dari berbagai macam sumber ilmu pengetahuan yang ada pada saat ini dalam suatu lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan mengambil peran yang sangatlah penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam suatu bangsa. Terkadang, sumber ilmu pengetahuan yang terdapat pada lembaga pendidikan bangsa kita kurang lengkap atau bahkan masih pada dasar-dasarnya saja. Untuk menyikapi hal tersebut, kita dapat belajar secara langsung maupun secara tidak langsung dari lembaga pendidikan bangsa barat dan bangsa lain yang dinilai maju dalam bidang studi yang sedang kita pelajari. Sebagai mahasiswa muslim yang berpendidikan, kita harus terbuka dalam menerima berbagai pemikiran dan informasi. Sikap keterbukaan terhadap pemikiran dan informasi baru membuat kita menjadi semakin berpengalaman serta paham dalam menyikapi suatu persoalan. Sikap tersebut sangat berpengaruh terhadap pola pikir kita dalam proses menerima suatu ilmu pengetahuan. Karena jika kita belum paham terhadap suatu ilmu pengetahuan, kita tidak dapat menciptakan suatu inovasi atau teknologi baru. Tidak hanya sikap terbuka terhadap pemikiran saja yang kita perlukan dalam proses memajukan bangsa kita, namun sikap disiplin ilmu juga tak kalah penting. Dengan disiplin ilmu kita dapat fokus terhadap suatu bidang atau melakukan spesialisasi dalam bidang tersebut sehingga kita dapat ahli dalam suatu atau berbagai bidang keilmuan.

Pada dasarnya, suatu penemuan baru pasti merupakan perkembangan dari penemuan-penemuan sebelumnya. Inovasi atau penemuan baru tidak bisa dicapai dengan waktu yang cepat dan kegigihan para pelajar dalam menuntut ilmu. Bahkan, bangsa barat yang pada saat ini dapat dikatakan terdepan dalam perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan proses yang cukup lama serta kegigihan para pelajar dan ilmuwan-ilmuwan mereka. Oleh karena itu sebagai umat muslim yang cerdas dan beriman kita harus selalu gigih dalam menuntut ilmu. Karena dengan adanya ilmu, kita dapat mengetahui berbagai macam hal dan dapat berkontribusi dalam mewujudkan kejayaan Islam pada masa yang akan datang.

 

 

 

 

Sumber :

Link Jurnal

https://drive.google.com/drive/folders/1F0IHbkwyvsldsFQe4pPMYJnrX_dSNGtW?usp=sharing

  • Ø  Hasanudin. 2014. Jurnal Al Hikmah. Dominasi Peradaban Barat Dalam Pendidikan Islam. Vol XV Nomor 2. 167-169
  • Ø  M. Zainal Abidin. 2006. Jurnal Ulumuna. Islam dan Ilmu Pengetahuan dalam Diskursus Muslim Kontemporer. Vol X Nomor 2. 391-410
  • Ø  Sulhan Hamid A.Ghani. 2015. Jurnal Paradigma. Peran Kemajuan Sains dan Teknologi Abad Kejayaan Islam dan Implikasinya Terhadap Modernisasi Abad Kontemporer (Studi Analisis Kebijakan Politik Pendidikan Islam). Vol II Nomor 1
  • Ø  Linda Firdawaty. 2015. Jurnal Asas. Negara Islam Pada Periode Klasik. Vol VII Nomor 1. 69-80

Komentar